Aditif makanan atau bahan tambahan makanan adalah semua bahan kimia yang dimasukkan dalam makanan guna untuk meningkatkan kualitas, keenakan, keunikan makanan, dan lain-lain. Bahan aditif makanan ada dua, yaitu bahan aditif makanan alami dan buatan atau sintetis.
Jenis
Bahan aditif makanan dapat digolongkan menjadi beberapa kelompok tertentu tergantung kegunaanya, diantaranya:
• MSG sebagai penguat rasa makanan dan juga untuk melezatkan makanan. MSG merupakan zat aditif makanan buatan, sedangkan yang alami diantaranya adalah bunga cengkeh.
• Tartrazin adalah pewarna makanan buatan yang mempunyai banyak macam pilihan warna, diantaranya Tartrazin CI 19140. Bahan pewarna makanan alami diantaranya adalah daun pandan.
• Gom Arab adalah bahan aditif alami yang gunanya untuk mengemulsi minyak dan air agar dapat bersatu.
• Garam alginat dan gliserin marupakan bahan adtif buatan yang digunakan untuk menstabilkan dan memekatkan suatu makanan sehinggga dapat membuat makanan bertekstur lembut dan rata
Efek samping
Bahan aditif juga bisa membuat penyakit jika tidak digunakan sesuai dosis, apalagi bahan aditif buatan atau sintetis. Penyakit yang biasa timbul dalam jangka waktu lama setelah menggunakan suatu bahan aditif adalah kanker, kerusakan ginjal, dan lain-lain.
• MSG sebagai penguat rasa makanan dan juga untuk melezatkan makanan. MSG merupakan zat aditif makanan buatan, sedangkan yang alami diantaranya adalah bunga cengkeh.
• Tartrazin adalah pewarna makanan buatan yang mempunyai banyak macam pilihan warna, diantaranya Tartrazin CI 19140. Bahan pewarna makanan alami diantaranya adalah daun pandan.
• Gom Arab adalah bahan aditif alami yang gunanya untuk mengemulsi minyak dan air agar dapat bersatu.
• Garam alginat dan gliserin marupakan bahan adtif buatan yang digunakan untuk menstabilkan dan memekatkan suatu makanan sehinggga dapat membuat makanan bertekstur lembut dan rata
Efek samping
Bahan aditif juga bisa membuat penyakit jika tidak digunakan sesuai dosis, apalagi bahan aditif buatan atau sintetis. Penyakit yang biasa timbul dalam jangka waktu lama setelah menggunakan suatu bahan aditif adalah kanker, kerusakan ginjal, dan lain-lain.
Maka dari itu pemerintah menagtur penggunaan bahan aditif makanan scara ketat dan juga melarang pengguanaan bahan aditif makanan tertentu jika dapat menimbulakan masalah kesehatan yang berbahaya. Pemerintah juga melakukan berbagai penelitian guna menemukan bahan aditif makanan yang aman dan murah
KANDUNGAN ZAT ADDITIF PADA KEMASAN
TABEL ZAT ADITIF PADA MAKANAN
KZA
ID NAMA PRODUK JENIS MAKANAN KANDUNGAN ZAT ADDITIVE
1 Chitato Makanan Ringan TBHQ,MSG, CaCO3, DG, DI, pewarna, NaB
2 Chitos Makanan Ringan DG, DI, CaCO3, FF, TBHQ, pewarna, NaB, MSG
3 Piattos Makanan Ringan KCl, AAS, pewarna, NaB, MSG
4 French Fries Makanan Ringan NaB, pewarna, Si, FF, AS, MSG
5 Potato Chips Makanan Ringan NB, FF, pewarna, AS, MSG
6 Potato Steak Makanan Ringan DG, DI, CaCO3, FF, TBHQ, MSG
7 Happy Tos Makanan Ringan KB, SB, pewarna, NaB, FF, MSG
8 Balls Makanan Ringan TBHQ, MSG, CaCO3, DG, DI, pewarna, NaB, Si
9 Taro Makanan Ringan NB, FF, AS, CaCO3, KB, NaB, DG, DI, MSG
10 Double Dekker Makanan Ringan TBHQ, MSG, CaCO3, DG, NaB, pewarna, AS
11 Jet Zet Makanan Ringan KB, SB, MSG, NaB, FF, TBHQ, pewarna, KCO3, NB
12 Twisko Makanan Ringan DG, DI, KCO3, FF, TBHQ, TBHQ, MSG
13 Mie Remes ABC Makanan Ringan MSG, KB, SB, NaB, FF, pewarna, NB, Aas
14 Indomie Goreng Makanan Siap Saji Fe, PK, P, pewarna, AF, MSG, KB, SB, Aas, NB
15 Selera Rakyat Makanan Siap Saji MSg, NaK, NaB, KCO3, G, pewarna, KB
16 Sedap Makanan Siap Saji Tk, AR, MSG, pewarna, NB, NaB, KB, CaB
17 ABC Makanan Siap Saji MSG, NB, KB, CaB, TBHQ, Fe, PK, AF
18 Sarimie Makanan Siap Saji MSG, NB, MNG, MH, pewarna, AF, Fe
19 Gaga Makanan Siap Saji TF, MSG, NB, MNG, P, PK
20 Mi Duo Makanan Siap Saji MSG, Ng, NB, MNG, AF, AR
21 Salam Mie Makanan Siap Saji NaK, KCO3, Po, G, pewarna, Fe, Af, MSG
22 POP Mie Makanan Siap Saji P, PK, Ng, MSG, AF, NB, MNG, Po
23 CUP Noodles Makanan Siap Saji pewarna, PK, F, Hp, Ps
24 Mie Gelas Makanan Siap Saji P, TBHQ, PK, MSG, MNG, NB
25 Mie Soun Makanan Siap Saji MSG,MNG, P, NB, PK, AF
26 Al-Ham Mie Makanan Siap Saji MSG,MNG, P, NB, PK, AF, TF
27 Sambal Asam Manis Kokita Bumbu dalam Botol Al, Ast, AS,MSG,Sk,AB,Ph
28 Sambal Terasi Kokita Bumbu dalam Botol SB,MSG,Sk,AB,Bt
29 Sambal Bajak Kokita Bumbu dalam Botol SB,NB,MSG,Sk,Bt
30 Sambal Kecap Kokita Bumbu dalam Botol Pt,SB,MSG,Sk
31 Sambal Tauco Kokita Bumbu dalam Botol SB,Bd,MSG,Sk,Krt, NB
32 Sambal Balado Kokita Bumbu dalam Botol NB,Ast,SB,MSG,pewarna
33 Sambal Bangkok Kokita Bumbu dalam Botol Aa,Ca,La,SB,MSG,pewarna,NB
34 Sambal Indofood Bumbu dalam Botol Tkl,MSG,SB,pewarna,NB
35 Sambal Sasa Bumbu dalam Botol MSG,pewarna,P,Ast,NB,SB
36 Saus Tomat Lombok Bumbu dalam Botol NB,pewarna,MSG,Sk,AS,P,KB,Bd
37 Saus Raja Rasa Bumbu dalam Botol MSG,NB,Ca,Sk,pewarna
38 Saus Tiram Bumbu dalam Botol pewarna,MSG,Sk,Ca,NB,Ks
39 Kecap Sate Bumbu dalam Botol Sk,pewarna,NB,P
40 Kecap Indofood Bumbu dalam Botol KB,CaB,NB,Sk,pewarna,P,MSG
41 Kecap Cap Dorang Bumbu dalam Botol Sk,pewarna,P,NB,MSG
42 Kecap Bango Bumbu dalam Botol KB,CaB,NB,MSG,P
43 Kecap Piring Lombok Bumbu dalam Botol NB,MSG,P,Sk
44 Kecap ABC Bumbu dalam Botol MSG,P,Sk,NB
45 Saus Inggris Bumbu dalam Botol Vn,Gr,Sa,NB,MSG,P,Sk
46 Santan Kara Bumbu Pelengkap dalam Kemasan Plastik MSG,Sk,P,NB,TBHQ
47 Cip Corned Beef Makanan Kaleng Nn,Po,N,Bd,Pn,Dg,MSG,Sc,Dim,Sn
48 Cip Soppini Makanan Kaleng TBHQ,Sn,Po,MSG,Bd,Pt,NB
49 Corned ABC Makanan Kaleng MNG,Nn,Bd,Pn,Sn
50 Sosis Champ Makanan dalam Kemasan Plastik Bd,Nn,TBHQ,Po,Pt
51 Sosis Farm House Makanan dalam Kemasan Plastik TBHQ,Sn,Po,MSG,Bd,Pt,NB
52 Sosis Vida Makanan dalam Kemasan Plastik NB,TBHQ,Po,Sn,Bd
53 Sosis Bernardi Makanan dalam Kemasan Plastik NB,Bd,Po,Pt
54 Bakso Vida Makanan dalam Kemasan Plastik NB,MSG,Po,TBHQ,B
55 Bakso Bernardi Makanan dalam Kemasan Plastik TBHQ,B,MSG,Po,Sn,NB
56 Qeju-Qeju Makanan Pelengkap dalam Kemasan Kertas KB,CaB,NB,N,Nn,Re,Pt,SB,An
57 Kraft Singles Makanan Pelengkap dalam Kemasan Kertas KB,NB,Kn,Nn,Re,Pt,SB,An,G
58 Blue Band Makanan Pelengkap dalam Kemasan Plastik Krt,Ks,Ss,NB,CaB,KB
59 Palm Boom Makanan Pelengkap dalam Kemasan Plastik NB,CaB,KB,Kst
60 Simas Margarin Makanan Pelengkap dalam Kemasan Plastik Krt,KB,NB,CaB,Ss,Ks
61 Chox Permen Ga,F,Sl,pewarna,Sk,P
62 Golia Permen Sg,Gl,M,Al,El,Pp,pewarna
63 Fruitella Permen AS,Ga,Gs,A,pewarna
64 Trebor Permen Am,AS,Ml,Em,pewarna
65 Big Babol Permen Gb,Gl,Sr,AS,pewarna
66 Gulas Permen pewarna,At,AS
67 Travella Permen Hm,M,CA,pewarna
68 Relaxa Permen pewarna,M,Hm
69 Station Rasa Permen AS,A,pewarna
70 Tango Permen CA,A,pewarna
71 Manise Permen AS,A,pewarna,Sk,P,Sl
72 Tamarin Permen At,AS,Sk
73 Plonk Permen Sg,Gl,M,Al,Pp
74 Kopiko Permen Ga,F,Sl,pewarna,Sk,P
75 Hexos Permen Gl,M,Al,El,Pp
76 Sugus Permen AS,Ga,Gs,F,pewarna
77 Collins Permen P,F,AS,Am,Gl
78 Boom Permen M,CA,AS,Hm,Gl
79 Pindy Mint Permen M,Hm,F,AS,pewarna
80 Hulabaloo Biskuit Ab,R,Pn,Sn,NB
81 Tops Biskuit Sl,Ab,NB
82 Gery Biskuit S,Pn.Sn,NB
83 Nyam-nyam Biskuit Ab,Em,NB,Ft
84 Twister Biskuit Ab,D,NB,Ft
85 Bricko Biskuit D,SB,NB,Sl,Ab
86 Selamat Biskuit V,Sl,Ab
87 Good Time Biskuit Ab,NB,V,Sl
88 Micmac Biskuit Ab,F,pewarna,NB,SB
89 Trenz Biskuit Ab,pewarna,V,Sl,MSG
90 Dueto Biskuit Ab,NB,SB
91 Snips Snaps Biskuit Ab,Sl,S,Pp,SB,NB
92 Trakinas Biskuit Ab,NB,pewarna,F,Sl
93 Oops Biskuit pewarna,Hp,NB,MSG
94 Oreo Biskuit Ab,NaB,NB
95 Ritz Biskuit Am,Pr,MNG,Kf
96 Tropicool Jelly NB,AS,Kr,Pc,pewarna
97 Okky Jelly I,Ks,Pe,pewarna
98 Inaco Jelly NB,AS,I,Pc,pewarna
99 Mariza Selai AS,Ks,pewarna
100 Welco Selai AS,pewarna,NB,Ks,P
101 Harry Selai pewarna,NB,AS,Ks,Pt
102 Pido Selai NB,AS,Ks,P,pewarna
103 Iduna Selai NB,Ks,AS,P,pewarna,Pt,I
104 Fresh Pemanis dalam botol NB,P,pewarna,CaB,KB,Bd,P,Pe
105 Marjan Pemanis dalam botol pewarna,NB,KB,Pe
106 Abc Pemanis dalam botol pewarna,Pe,P,Cab,Nb
107 Coffe Mocca Pemanis dalam botol Pe,NB,KB,P,pewarna
108 Leo Pemanis dalam botol P,Pe,pewarna,CaB,NB
109 Pocarri Sweat Minuman dalam kaleng AS,Ns,NaCl,CaCl,Kal,Mg,Prs
110 Fanta Minuman dalam kaleng Mg,Prs,pewarna,KB,CaB,NB,Bd
111 Green Sand Minuman dalam kaleng Prs,CaB,KB,Bd,Mg
112 Sprite Minuman dalam kaleng Prs,Mg,AS,Kal,NB
113 Coca-cola Minuman dalam kaleng KB,NB,Mg,Kal,AS
114 Diet Coke Minuman dalam kaleng AS,NB,Mg,Kal
115 Pepsi Minuman dalam kaleng AS,NB,Mg,Kal,Prs
116 Calpico Water Minuman dalam kaleng AS,Ns,NaCl,Kal,Mg,Prs
117 Sunkist Minuman dalam kaleng pewarna,Prs,NB,Kal
118 Fruit Tea Minuman dalam kaleng Ps,TBHQ,Prs,F,pewarna,NB
119 Ribena Minuman dalam kaleng Ps,Prs,pewarna,NB,AS
120 Go-go Mnuman dalam kaleng Prs,pewarna,NB,AS
http://mahardika014.tripod.com/id3.html
B. Zat Aditif dalam Bahan Makanan
Setiap hari kita memerlukan makanan untuk mendapatkan energi (karbohidrat dan lemak) dan untuk pertumbuhan sel-sel baru, menggantikan sel-sel yang rusak (protein). Selain itu, kita juga memerlukan makanan sebagai sumber zat penunjang dan pengatur proses dalam tubuh, yaitu vitamin, mineral, dan air. Sehat tidaknya suatu makanan tidak bergantung pada ukuran, bentuk, warna, kelezatan, aroma, atau kesegarannya, tetapi bergantung pada kandungan zat yang diperlukan oleh tubuh. Suatu makanan dikatakan sehat apabila mengandung satu macam atau lebih zat yang diperlukan oleh tubuh. Setiap hari, kita perlu mengonsumsi makanan yang beragam agar semua jenis zat yang diperlukan oleh tubuh terpenuhi. Hal ini dikarenakan belum tentu satu jenis makanan mengandung semua jenis zat yang diperlukan oleh tubuh setiap hari. Supaya orang tertarik untuk memakan suatu makanan, seringkali kita perlu menambahkan bahan-bahan tambahan ke dalam makanan yang kita olah. Bisa kita perkirakan bahwa seseorang tentu tidak akan punya selera untuk memakan sayur sop yang tidak digarami atau bubur kacang hijau yang tidak memakai gula. Dalam hal ini, garam dan gula termasuk bahan tambahan. Keduanya termasuk jenis zat aditif makanan. Zat aditif bukan hanya garam dan gula saja, tetapi masih banyak bahan-bahan kimia lain. Zat aditif makanan ditambahkan dan dicampurkan pada waktu pengolahan makanan untuk memperbaiki tampilan makanan, meningkatkan cita rasa, memperkaya kandungan gizi, menjaga makanan agar tidak cepat busuk, dan lain sebagainya (perhatikan Gambar 8.7). Bahan yang tergolong ke dalam zat aditif makanan harus dapat: 1. memperbaiki kualitas atau gizi makanan; 2. membuat makanan tampak lebih menarik; 3. meningkatkan cita rasa makanan; dan 4. membuat makanan menjadi lebih tahan lama atau tidak cepat basi dan busuk. Zat-zat aditif tidak hanya zat-zat yang secara sengaja ditambahkan pada saat proses pengolahan makanan berlangsung, tetapi juga termasuk zat-zat yang masuk tanpa sengaja dan bercampur dengan makanan. Masuknya zat-zat aditif ini mungkin terjadi saat pengolahan, pengemasan, atau sudah terbawa oleh bahan-bahan kimia yang dipakai. Zat aditif makanan dapat dikelompokkan menjadi dua golongan, yaitu: 1. zat aditif yang berasal dari sumber alami, seperti lesitin dan asam sitrat; 2 zat aditif sintetik dari bahan kimia yang memiliki sifat serupa dengan bahan alami yang sejenis, baik susunan kimia maupun sifat/fungsinya, seperti amil asetat dan asam askorbat. Berdasarkan fungsinya, baik alami maupun sintetik, zat aditif dapat dikelompokkan sebagai zat pewarna, pemanis, pengawet, penyedap rasa, pemutih, anti kempal, anti oksidan, pengatur keasaman, pengemulsi, pemantap dan pengental. Zat aditif dalam produk makanan biasanya dicantumkan pada kemasannya,
1. Zat Pewarna
Pemberian warna pada makanan umumnya bertujuan agar makanan terlihat lebih segar dan menarik sehingga menimbulkan selera orang untuk memakannya. Zat pewarna yang biasa digunakan sebagai zat aditif pada makanan adalah:
a. Zat pewarna alami, dibuat dari ekstrak bagian-bagian tumbuhan tertentu.
zat warna yang berasal dari pigmen tumbuhan yang banyak terdapat pada klorofil (terdapat pada daun-daun yang berwarna hijau), karotenoid (terdapat pada wortel dan sayuran lain yang berwarna oranye-merah) dan kokineal. Zat pewarna alami yang biasa digunakan antara lain daun pandan (hijau), kunyit (kuning), buah coklat (coklat), wortel (orange). Karena jumlah pilihan warna dari zat pewarna alami terbatas maka dilakukan upaya menyintesis zat pewarna yang cocok untuk makanan dari bahan-bahan kimia.
b. Zat pewarna sintetik, dibuat dari bahan-bahan kimia. Dibandingkan dengan pewarna alami, pewarna sintetik memiliki beberapa kelebihan, yaitu memiliki pilihan warna yang lebih banyak, mudah disimpan, dan lebih tahan lama. Pewarna buatan untuk makanan diperoleh melalui proses sintesis kimia buatan yang mengandalkan bahan-bahan kimia, atau dari bahan yang mengandung pewarna alami melalui ekstraksi secara kimiawi. Beberapa contoh pewarna buatan yaitu:
Warna kuning : tartrazin, sunset yellow
Warna merah : allura, eritrosin, amaranth, carmoisine
Warna biru : biru berlian
Warna oranye :sunsetyellow FCF
Kelebihan pewarna buatan dibanding pewarna alami adalah dapat menghasilkan warna yang lebih kuat dan stabil meski jumlah pewarna yang digunakan hanya sedikit. Warna yang dihasilkan dari pewarna buatan akan tetap cerah meskipun sudah mengalami proses pengolahan dan pemanasan, sedangkan pewarna alami mudah mengalami degradasi atau pemudaran pada saat diolah dan disimpan.
Beberapa zat pewarna sintetik bisa saja memberikan warna yang sama, namun belum tentu semua zat pewarna tersebut cocok dipakai sebagai zat aditif pada makanan dan minuman. Perlu diketahui bahwa zat pewarna sintetik yang bukan untuk makanan dan minuman (pewarna tekstil) dapat membahayakan kesehatan apabila masuk ke dalam tubuh karena bersifat karsinogen (penyebab penyakit kanker). Oleh karena itu, kamu harus berhati-hati ketika membeli makanan atau minuman yang memakai zat warna. Kamu harus yakin dahulu bahwa zat pewarna yang dipakai sebagai zat aditif pada makanan atau minuman tersebut adalah memang benar-benar pewarna makanan dan minuman.
Berdasarkan sifat kelarutannya, zat pewarna makanan dikelompokkan menjadi dye dan lake. Dye merupakan zat bewarna makanan yang umumnya bersifat larut dalam air. Dye biasanya dijual di pasaran dalam bentuk serbuk, butiran, pasta atau cairan. Lake merupakan gabungan antara zat warna dye dan basa yang dilapisi oleh suatu zat tertentu. Karena sifatnya yang tidak larut dalam air maka zat warna kelompok ini cocok untuk mewarnai produkproduk yang tidak boleh terkena air atau produk yang mengandung lemak dan minyak.
2. Zat Pemanis
Zat pemanis berfungsi untuk menambah rasa manis pada makanan dan minuman. Zat pemanis dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
a. Zat pemanis alami.
Pemanis ini dapat diperoleh dari tumbuhan, seperti kelapa, tebu, dan aren. Selain itu, zat pemanis alami dapat pula diperoleh dari buahbuahan dan madu. Zat pemanis alami berfungsi juga sebagai sumber energi. Jika kita mengonsumsi pemanis alami secara berlebihan, kita akan mengalami risiko kegemukan. Orang-orang yang sudah gemuk badannya sebaiknya menghindari makanan atau minuman yang mengandung pemanis alami terlalu tinggi.
b. Zat pemanis buatan atau sintetik.
Pemanis buatan tidak dapat dicerna oleh tubuh manusia sehingga tidak berfungsi sebagai sumber energi. Oleh karena itu, orangorang yang memiliki penyakit kencing manis (diabetes melitus) biasanya mengonsumsi pemanis sintetik sebagai pengganti pemanis alami. Contoh pemanis sintetik, yaitu sakarin, natrium siklamat, magnesium siklamat, kalsium siklamat, aspartam (lihat Gambar 8.12), dan dulsin. Pemanis buatan memiliki tingkat kemanisan
yang lebih tinggi dibandingkan pemanis alami. Garam-garam siklamat memiliki kemanisan 30 kali lebih tinggi dibandingkan kemanisan sukrosa. Namun, kemanisan garam natrium dan kalsium dari sakarin memiliki kemanisan 800 kali dibandingkan dengan kemanisan sukrosa 10%. Walaupun pemanis buatan memiliki kelebihan dibandingkan pemanis alami, kita perlu menghindari konsumsi yang berlebihan karena dapat memberikan efek samping bagi kesehatan. Misalnya, penggunaan sakarin yang berlebihan selain akan menyebabkan rasa makanan terasa pahit juga merangsang terjadinya tumor pada bagian kandung kemih. Contoh lain, garam-garam siklamat pada proses metabolisme dalam tubuh dapat menghasilkan senyawa sikloheksamina yang bersifat karsinogenik (senyawa yang dapat menimbulkan penyakit kanker). Garam siklamat juga dapat memberikan efek samping berupa gangguan pada sistem pencernaan terutama pada pembentukan zat dalam sel.
3. Zat Pengawet
Ada sejumlah cara menjaga agar makanan dan minuman tetap layak untuk dimakan atau diminum walaupun sudah tersimpan lama. Salah satu upaya tersebut adalah dengan cara menambahkan zat aditif kelompok pengawet (zat pengawet) ke dalam makanan dan minuman. Zat pengawet adalah zat-zat yang sengaja ditambahkan pada bahan makanan dan minuman agar makanan dan minuman tersebut tetap segar, bau dan rasanya tidak berubah, atau melindungi makanan dari kerusakan akibat membusuk atau terkena bakteri/jamur. Karena penambahan zat aditif, berbagai makanan dan minuman masih dapat dikonsumsi sampai jangka waktu tertentu, mungkin seminggu, sebulan, setahun, atau bahkan beberapa tahun. Dalam makanan atau minuman yang dikemas dan dijual di toko-toko atau supermarket biasanya tercantum tanggal kadaluarsanya, tanggal yang menunjukkan sampai kapan makanan atau minuman tersebut masih dapat dikonsumsi tanpa membahayakan kesehatan, seperti ditunjukkan pada Gambar 8.13. Seperti halnya zat pewarna dan pemanis, zat pengawet dapat dikelompokkan menjadi zat pengawet alami dan zat pengawet buatan.
a. Zat pengawet alami berasal dari alam, contohnya gula (sukrosa) yang dapat dipakai untuk mengawetkan buah-buahan (manisan) dan garam dapur yang dapat digunakan untuk mengawetkan ikan.
b. Zat pengawet sintetik atau buatan merupakan hasil sintesis dari bahan-bahan kimia. Contohnya, asam cuka dapat dipakai sebagai pengawet acar dan natrium propionat atau kalsium propionat dipakai untuk mengawetkan roti dan kue kering. Garam natrium benzoat, asam sitrat, dan asam tartrat juga biasa dipakai untuk mengawetkan makanan. Selain zat-zat tersebut, ada juga zat pengawet lain, yaitu natrium nitrat atau sendawa (NaNO3) yang berfungsi untuk menjaga agar tampilan daging tetap merah. Asam fosfat yang biasa ditambahkan pada beberapa minuman penyegar juga termasuk zat pengawet. Selain pengawet yang aman untuk dikonsumsi, juga terdapat pengawet yang tidak boleh dipergunakan untuk mengawetkan makanan. Zat pengawet yang dimaksud, di antaranya formalin yang biasa dipakai untuk mengawetkan benda-benda, seperti mayat atau binatang yang sudah mati. Pemakaian pengawet formalin untuk mengawetkan makanan, seperti bakso, ikan asin, tahu, dan makanan jenis lainnya dapat menimbulkan risiko kesehatan. Selain formalin, ada juga pengawet yang tidak boleh dipergunakan untuk mengawetkan makanan. Pengawet yang dimaksud adalah pengawet boraks. Pengawet ini bersifat desinfektan atau efektif dalam menghambat pertumbuhan mikroba penyebab membusuknya makanan serta dapat memperbaiki tekstur makanan sehingga lebih kenyal. Boraks hanya boleh dipergunakan untuk industri nonpangan, seperti dalam pembuatan gelas, industri kertas, pengawet kayu, dan keramik. Jika boraks termakan dalam kadar tertentu, dapat menimbulkan sejumlah efek samping bagi kesehatan, di antaranya: a. gangguan pada sistem saraf, ginjal, hati, dan kulit; b. gejala pendarahan di lambung dan gangguan stimulasi saraf pusat; c. terjadinya komplikasi pada otak dan hati; dan d. menyebabkan kematian jika ginjal mengandung boraks sebanyak 3–6 gram.
Walaupun tersedia zat pengawet sintetik yang digunakan sebagai zat aditif makanan, di negara maju banyak orang enggan mengonsumsi makanan yang memakai pengawet sintetik. Hal ini telah mendorong perkembangan ilmu dan teknologi pengawetan makanan dan minuman tanpa penambahan zat-zat kimia, misalnya dengan menggunakan sinar ultra violet (UV), ozon, atau pemanasan pada suhu yang sangat tinggi dalam waktu singkat sehingga makanan dapat disterilkan tanpa merusak kualitas makanan.
Zat ini ditambahkan dengan tujuan mengawetkan makanan/minuman sehingga tahan lama dan tidak mudah rusak/busuk. Penggunaan zat ini harus tidak mempengaruhi kesehatan tubuh dalam jumlah yang tidak berlebih. Ada salah satu jenis zat pengawet yang berbahaya bagi tubuh meskipun sedikit penggunaannya. Zat itu adalah ‘boraks’ yang biasa dijual dengan nama ‘anti buluk’ yang ditambahkan pada berbagai makanan terutama makanan berterigu, juga formalin yang aslinya merupakan pengawet yang digunakan untuk mengawetkan mayat.. Boraks dan formalin sudah dinyatakan terlarang untuk dimakan sekalipun dalam jumlah yang sedikit, tapi di Indonesia zat ini masih sering digunakan.
Pengawet lainnya yang biasa dipakai antara lain ;asam benzoat, asam sorbat, natrium dan kaliumnya, belerang diaksoda, metil atau propel p-hidroksi benzoate, natrium bisulfit (biasanya ditambahkan pada sirup, saus tomat, terasi, minuman ringan, ikan yang diawetkan, sosis, margarine, manisan, kecap), asam propionat, natrium dan kaliumnya, kalium nitrat dan nitrit, natrium nitrat dan nitrit yang biasa digunakan pada daging, keju, roti dan ikan asap.
4. Zat Penyedap Rasa dan Aroma
Di Indonesia terdapat begitu banyak ragam rempah-rempah yang dipakai untuk meningkatkan cita rasa makanan, seperti cengkeh, pala, merica, ketumbar, cabai, laos, kunyit, bawang, dan masih banyak lagi yang lain. Selain zat penyedap cita rasa yang berasal dari alam, ada pula yang berasal dari hasil sintesis bahan kimia. Berikut ini beberapa contoh zat penyedap cita rasa hasil sintesis:
a. oktil asetat, makanan akan terasa dan beraroma seperti buah jeruk jika dicampur dengan zat penyedap ini;
b. etil butirat, akan memberikan rasa dan aroma seperti buah nanas pada makanan;
c. amil asetat, akan memberikan rasa dan aroma seperti buah pisang;
d. amil valerat, jika makanan diberi zat penyedap ini maka akan terasa dan beraroma seperti buah apel.
Penyedap sintetis lainnya adalah mono-natrium glutamat/vetsin (ajinomoto/sasa), asam cuka, benzaldehida, amil asetat, dll
5. Zat Pemutih
Zat aditif ini dipakai untuk memutihkan warna bahan makanan, misalnya ammonium pesulfat, asam askorbat dan kalium bromat yang biasa dipakai pada tepung, kalium peroksida dan natrium stearil fumarat yang biasa ditambahkan pada roti, adonan biscuit, adonan kue, tepung roti.
6. Zat Anti Kempal
Zat aditif ini ditambahkan pada makanan yang berbentuk bubuk dengan tujuan agar tidak mengempal atau menggumpal. Contohnya adalah kalsium, aluminium natrium, dan kalsium aluminium silikat yang biasa ditambahkan pada garam meja, gula bubuk, soda kue dan makanan lain yang berbentuk bubuk.
7. Zat Antioksidan
Zat antioksidan ditambahkan pada makanan dengan tujuan untuk mencegah ketengikan. Zat itu antara lain Butil hidroksi anisol (BHA), butil hidroksi toluena (BHT), asam askorbat dan tokoferol.
8. Zat Pengatur Keasaman
Zat ini berfungsi untuk menjadikan makanan lebih asam, lebih basa atau untuk menetralkan makanan, biasa digunakan pada minuman, buah maupun sayuran kalengan. Zat ini antara lain aluminium amonium/kalium/natrium sulfat, asam laktat
9. Zat Pengemulsi, Pemantap, dan Pengental
Zat ini ditambahkan pada makanan untuk memperbaiki kehomogenan dan stabilitas. Contoh : monogliserida, digliserida, lesitin, gelatin, garam fosfat, kalsium glukonat, kalsium sitrat, agar-agar, asam alginat dan gom. Di Indonesia sering digunakan borax dan bleng (jawa) yang berbahaya bagi kesehatan.
ZAT ADIKTIF
Zat adiktif adalah obat serta bahan-bahan aktif yang apabila dikonsumsi oleh organisme hidup dapat menyebabkan kerja biologi serta menimbulkan ketergantungan atau adiksi yang sulit dihentikan dan berefek ingin menggunakannya secara terus-menerus yang jika dihentikan dapat memberi efek lelah luar biasa atau rasa sakit luar biasa.
Penyalahgunaan zat adiktif lebih merupakan masalah sosial. Pencegahannya harus ditangani secara terpadu, khususnya antara aspek tatanan kehidupan sosial, hukum dan penegakannya, administrasi dan pengawasan obat, pendidikan, serta terapi dan rehabilitasi ‘korban’ ketergantungan zat adiktif tersebut. Ketergantungan zat adiktif adalah penyakit yang dibuat oleh manusia sendiri. Terapi dan rehabilitasinya bergantung kepada manusia itu sendiri pula. Berbeda dengan masalah penanggulangan masalah zat adiktif yang lebih merupakan masalah sosial, masalah penanganan ‘pasien” ketergantungan zat merupakan masalah medikososial.
Zat Psikoaktif (Zat Adiktif)
Zat psikoaktif ialah zat atau bahan yang apabila masuk ke dalam tubuh manusia akan mempengaruhi tubuh, terutama susunan saraf pusat, sehingga menyebabkan perubahan aktivitas mental-emosional dan perilaku. Apabila digunakan terus menerus akan menimbulkan ketergantungan (oleh karena itu disebut juga sebagai zat adiktif). Walaupun zat psikoaktif tertentu bermanfaat bagi pengobatan, tetapi apabila disalahgunakan atau digunakan tidak sesuai dengan standar pengobatan, akan sangat merugikan yang menggunakan.
Tiga golongan zat yang termasuk kategori ini ialah opioda tanaman ganja, dan kokain.
Dalam Ilmu Kedokteran Forensik, narkotika dan obat pada umumnya digolongkan sebagai racun, sebab bila zat tersebut masuk ke dalam tubuh akan menimbulkan reaksi biokimia yang dapat menyebabkan penyakit atau kematian. Penyakit atau kematian itu tentunya bergantung pada takaran (dosis), cara pemberian, bentuk fisik dan struktur kimia zat, serta kepekaan korban. Kepekaan korban dipengaruhi pula pada usia, penyakit terdahulu atau yang bersamaan, kebiasaan, keadaan hipersensitif tertentu, dan sebagainya. Narkotika masuk ke dalam tubuh koban dapat akibat unsur kesengajaan ataupun kebetulan. Kesengajaan dapat akibat ulah orang lain (penganiayaaan atau pembunuhan) maupun akibat ulah diri sendiri (penyalahgunaan atau usaha bunuh diri). Sedang unsur kebetulan dapat terjadi akibat kecelakaan industri, keteledoran dalam rumah tangga, kesalahan pengobatan, dan lain-lain.
Golongan opidia terdiri dari turunn opium dan zat sintetiknya, seperti misalnya morpin, diasetilmorfin atau diamorfin (dikenal sebagai heroin, smack, horse, dope), metadon, kodein, oksikodon (percodan, percocet), hidromorfin (dilaidid, levodromoran), pentazosin (talwin), meferidin (demerol, petidin), dan propoksipen (darvon). Turunan opium menjadi sangat beragam dan luas pemakaiannya karena penggunaan medik dan kemajuan ilmu farmakologi. Jenis-jenis opidia yang digunakan dalam dunia kedokteran jarang sekali disalahgunakan karena ketatnya pengendalian dan pemantauan berdasarkan peraturan legal. Heroin adalah opidia yang paling sering disalahgunakan di dunia dengan penggunaan melalui suntikan.
1. Faktor Predisposisi Ketergantungan Obat
Alasan atau latar belakang penggunaan zat adiktif berbeda-beda namun biasanya akibat interaksi beberapa faktor. Beberapa orang mempunyai risiko lebih besar menggunakannya karena sifat atau latar belakangnya yang disebut faktor risiko tinggi atau faktor kontributif, yang dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu faktor individu dan faktor lingkungan.
2. Faktor individu meliputi :
Faktor konstitusi (a.l kerentanan sistem neurotransmitter, temperamen bawaan) atau faktor biologik dan genetik. Secara biologik, mekanisme kerja opioid didalam susunan saraf pusat akan diterangkan di bagian lain buku ini. Peran faktor genetik pada ketergantungan opioid belum dapat dibuktikan.
Faktor kepribadian, yang mempunyai ciri-ciri tertentu, yaitu :
- impulsif, diekspresikan dalam bentuk tidak dapat menunda keinginan
- tidak mampu mengatasi perasaan-perasaan tidak enak (painful affect; misalnya amarah, rasa bersalah, kecemasan, ketakutan), takut akan kegagalan.
- perasaan rendah diri, tidak mempunyai keyakinan diri yang mantap, kesulitan dalam mengungkapkan perasaan.
- toleransi terhadap frustasi yang rendah
- menghindar dari tanggungjawab tetapi menuntut hak.
- mengalami depresi, baik yang jelas maupun yang terselubung, yang sering disertai kecemasan dan perilaku agitatif yang didasari agresi yang terpendam.
- Ciri-ciri individu penyalah guna zat ialah :
- rasa ingin tahu yang kuat dan ingin mencoba
- tidak bersikap tegas terhadap tawaran/pengaruh teman sebaya.
- penilaian diri yang negatif (low self-esteem) seperti merasa kurang mampu dalam pelajaran, pergaulan penampilan diri atau tingkat/ status sosial ekonomi yang rendah.
- rasa kurang percaya diri (low self-confidence) dalam menghadapi tugas
- mengurangi rasa tidak enak, ingin menambah prestasi
- tidak tekun dan cepat jenuh
- sikap memberontak terhadap peraturan/tata tertib
- pernyataan diri sudah dewasa
- identitas diri yang kabur akibat proses identifikasi dengan orang tua/penggantinya yang kurang berjalan dengan baik, atau gangguan identitas jenis kelamin, merasa diri kurang jantan.
- defresi, cemas, hiperkinetik
- persepsi tidak realistic
- kepribadian dissosial (perilaku menyimpang dari norma yang berlaku)
- penghargaan sosial yang kurang
- keyakinan penggunaan zat sebagai lambang keperkasaan atau kemodernan (anticipatory belief)
- kurang menghayati ajaran agama
Faktor lingkungan meliputi :
- mudah diperolehnya zat adiktif
- tekanan dari teman sebaya
- komunikasi orangtua (ayah-ibu) yang kurang harmonis
- orangtua atau anggota keluarga lainnya menggunakan zat adiktif
- lingkungan sekolah yang tidak tertib
- lingkungan sekolah yang tidak memberi fasilitas bagi penyaluran minat dan bakat para siswanya.
Tingkat Pemakaian Zat Adiktif.
Terdapat beberapa tingkatan pemakaian adiktif, yaitu :
a. Pemakaian coba-coba (experimental use) yang bertujuan hanya ingin mencoba memenuhi rasa ingin tahu. Sebagian pemakai berhenti menggunakannya dan sebagian lain meneruskan.
b. Pemakaian sosial (social use) yang bertujuan hanya untuk bersenang-senang (saat rekreasi atau santai). Sebagian pemakai tetap bertahan pada tahap ini, namun sebagian lagi meningkat ke tahapan selanjutnya.
c. Pemakaian situasional (situasional use) pemakaian pada saat mengalami keadaan tertentu (ketegangan, kesedihan, kekecewaan) dengan maksud menghilangkan perasaan tersebut.
d. Penyalahgunaan (abuse), pemakaian sebagai suatu pola penggunaan yang bersifat patologik atau klinis (menyimpang), minimal satu bulan lamanya, dan telah terjadi gangguan dalam fungsi sosial atau pekerjaannya.
e. Ketergantungan (defendence), telah terjadi toleransi dan gejala putus zat, bila pemakaian zat dihentikan atau dikurangi atau tidak ditambah dosisnya.
Komplikasi medik yang khas untuk setiap jenis zat :
- opioida : obstipasi kronik, gangguan menstruasi, dan impotensi
- ganja : bronkhitis, imunitas seluler menurun sehingga mudah terserang penyakit infeksi, aliran darah koroner diperburuk, fungsi kognitif terganggu.
- kokain : ulserasi/perforasi septum nasal, aritmia kordis, malnutris anemia.
- amfetamin : pendarahan intrakranial, aritma kordis, malnutrisi anemia
- alkohol : gastritis, perlemakan hati, sirosi hepatis, kanker saluran cerna, kardiomiopati, gangguan metabolisme lemak, karbohidrat dan protein, cacat bawaan pada janin.
- inhalasia : toksis terhadap hati, otak, sumsum tulang, ginjal, dan otot jantung.
Beberapa Batasan
Beberapa istilah yang sebaiknya diketahui antara lain :
1. Zat psikoaktif : adalah obat, bahan atau zat yang apabila masuk ke dalam tubuh manusia akan mempengaruhi tubuh terutama susunan saraf pusat, sehingga menyebabkan terjadinya perubahan kesadaran, aktivitas mental emosional, cara berfikir, persepsi dan perilaku seseorang (kini disebut NAZA, NAPZA, narkoba)
2. Penyalahgunaan zat (sunstance abuse) adalah penggunaan zat oleh seseorang secara berlebihan, bukan untuk tujuan pengobatan (tanpa petunjuk dokter), sehingga menimbulkan hendaya atau hambatan dalam kehidupan sosial, sekolah dan pekerjaan.
3. Ketergantungan zat (substance dependence) ialah terdapatnya ketergantungan fisik terhadap zat, yang ditandai oleh adanya toleransi dan gejala-gejala putus zat.
4. Ketergantungan psikologik (craving) ialah suatu keadaan yang menimbulkan perasaan puas dan nikmat sehingga mendorong seseorang untuk mengulang kembali untuk mendapatkan sensasi tersebut dan menimbulkan perasaan tidak senang bila menghentikan pemakaiannya.
5. Sindroma putus zat (withdrawal) tanda atau gejala berupa keluhan fisik yang spesifik yang timbul setelah dilakukan penghentian atau pengurangan zat yang sebelumnya digunakan secara teratur oleh individu.
6. Intoksikasi/keracunan kondisi fisik dan perilaku abnormal akibat penggunaan zat yang dosisnya
7. Toleransi adalah peningkatan jumlah pemakaian zat yang semakin lama semakin banyak, untuk mendapatkan efek yang sama. Banyak sekali jenis obat-obatan yang beredar dan gampang didapat dijalanan dari seorang pengedar (Bandar/BD) yang nongkrong ditempat-tempat tertentu bahkan teman mainpun dapat menawarkan zat-zat tersebut. Awalnya diberikan secara gratis sampai pengguna Napza menjadi kecanduan, akhirnya mereka harus membeli sendiri dan harus.. harus.. harus… sehingga muncul budaya kriminalitas (berbohong) manipulasi, mencuri, menggadai barang, merampok).
Heroin
- Nama beken : Putaw, putih, bedak, pete, etep, white
- Jenis-jenis : banana, snow white
- Bentuk penampilan : berbentuk seperti bedak, berwarna putih dan dijual di dalam kertas (paketan)
- Cara pakai : disedot melalui hidung (inhalasi), diseot melalui mulut (ngedrag), suntikan intra vena (kipe/nyepet/cucaw)
- Efek setelah pakai : mata sayu, muka pucat tidak konsentrasi, hidung gatal, mual-mual (bagi pemula) mengantuk, bicara tidak jelas dan cadel, menjadi pendiam.
- Efek negatif : Badan jadi kurus karena kurang nafsu makan, sulit berfikir, susah untuk konsentrasi, menjadi pemarah, sangat sensitif, gangguan fungsi lever dan ginjal, dapat menyebabkan kelumpuhan, vertigo bahkan kematian bila over dosis
- Gejala putus : Mata berair, hidung berair, mual-mual, perut sakit, bulu kuduk berdiri (merinding), keringat keluar secara tak wajar, mulut mengucap, sukar tidur, merasa sangat kedinginan, nyeri otot (kejang) dan nyeri tulang belulang, nyeri kepala, mudah marah emosional.
Cannabis
- Nama beken : cimeng, rumput atau grass, hash, mariyuana
- Jenis-jenis : budha stick, ganja, hashis (minyak/lemak ganja)
- Bentuk penampilan : berbetuk daun kering yang sudah dirajang kering dan ditempatkan (biasanya) dalam sebuah amplop kecil berukuran 25 x 15 cm.
- Cara pakai : dilinting seperti rokok dan dihisap, dimakan
- Efek setelah pakai : Kantung mata membengkak dan merah, bengong, pendengaran berkurang, susah berfikir/konsentrasi, perasaan menjadi gembira dan selalu tertawa untuk hal-hal yang tidak lucu, pandangan kabur, ingin tidur terus, nafsu makan besar.
- Efek negatif : perasaan tidak tenang, rasa gelisah & panik, cepat marah, kebingungan depresi, halusinasi, gangguan dalam menilai realitas.
Ectasi
- Nama beken : kancing, I, Inex
- Jenis-jenis : Electric, Buterfly, Bon Jovi, Madona, Gober, dll
- Bentuk penampilan : berbentuk pil/kapsul
- Cara pakai : dikunyah, dikulum, ditelan dengan air mineral
- Efek setelah pakai : Energik, mata sayu, muka pucat, rasa pusing, detak jantung yang cepat, hilang nafsu makan.
- Efek negatif : syaraf otak rusak, dehidrasi, liver rusak dan fungsi tidak baik tulang dan gigi keropos, syaraf mata rusak, waktu tidur terganggu dan selalu
Shabu-Shabu
- Nama beken : Ubas, SS, mecin
- Jenis-jenis : Gold silver, coconut, crystal
- Bentuk penampilan : bola kristal sebesar batu ketikil yang berbentuk serbuk
- Cara pakai : dibakar diatas alumunium foil udara dihisap melalui alat yang disebut bong (botol dengan beberapa sedotan)
- Efek setelah pakai : bersemangat, tidak bisa diam, selalu gembira tidak ingin makan, tidak bisa tidur
- Efek negatif : Paranoia, otak sulit berfikir dan konsentrasi, kesehatan terganggu karena dapat menyerang fungsi lever dan darah, waktu tidur terganggu dan tidak nafsu makan.
- Gejala putus : Cepat marah, tidak tenang, cepat lelah, tidak bisa berfikir baik dan jadi tidak bersemangat, defresif, ide mencelakakan/membunuh diri sendiri atau orang lain.
Nikotina
Nikotina adalah senyawa kimia organik kelompok alkaloid yang dihasilkan secara alami pada berbagai macam tumbuhan, terutama suku terung-terungan (Solanaceae) seperti tembakau dan tomat. Nikotina berkadar 0,3 sampai 5,0% dari berat kering tembakau berasal dari hasil biosintesis di akar dan terakumulasi di daun. Nikotina merupakan racun saraf yang potensial dan digunakan sebagai bahan baku berbagai jenis insektisida. Pada konsentrasi rendah, zat ini dapat menimbulkan kecanduan, khususnya pada rokok. Nikotina memiliki daya karsinogenik terbatas yang menjadi penghambat kemampuan tubuh untuk melawan sel-sel kanker, akan tetapi nikotina tidak menyebabkan perkembangan sel-sel sehat menjadi sel-sel kanker.
Zat Adiktif merupakan zat atau bahan kimia yang bisa membanjiri sel saraf di otak khususnya "Reward Circuit"atau jalur kesenangan dengan dopamine, yaitu zat kimia yang mengatur sifat senang, perhatian, kesadaran dan fungsi lainnya.
Sebagai kunci untuk hidup, otak sudah diatur untuk memastikan orang mengulangi kegiatan yang menyenangkan. Dorongan yang berlebih dari sensasi yang menyenangkan, mengajarkan otak untuk mengulang kegiatan yang mengarah kepada pendambaan yang sering diluar control dan seiring waktu gambaran dari ketagihan oleh otak dimunculkan dalam bentuk fisik berupa penilaan, mempelajarinya, ingatan dan perasaan dari hati.
Zat Adiktif dapat mempengarui otak dalam berbagai cara :
• Stimulant ( membuat orang merasa lebih energik).
• Depressant (Membawa rasa relaksasi ).
• Hallucinogens ( Mengubah cara seseorang mengalami pengalaman secara nyata).
Zat Adiktif bisa legal atau illegal, nah yang tergolong legal :
• Caffeine, contohnya : kopi, teh, soda, dan minuman untuk olahraga, dan kopi yang memiliki kira-kira 2 kali lebih banyak kafein diantara lainnya, nah jika berlebih maka akan menyebabkan kesulitan tidur, peningkatan denyut jantung, sakit kepala , gelisah dan mual.
• Nikotin , contohnya : rokok, cerutu, potongan nikotin , kopi dan nikotin merupakan stimulant, yang meningkatkan dopamine dan adrenaline. Adrenalin berlebih akan meningkatkan denyut jantung dan tekanan darah, dan mengarah ke tingginya gula darah.
• Alkohol, contohnya : Wine ( anggur), bir, ( beer), Liquor) alcohol adalah jenis yang termasuk Depressant yang mempengaruhi sistem saraf yang mengarah pada relaksasi, kantuk, koma, dan kematian.
• Inhalants, contohnya : erosol, solvents ( bahan untuk pembersih), gas nitrat, produk ini mulai dari cat thinner, hair spray ke tangki propane, inhalasi yang tinggi sama dengan alcohol, bahkan 1 kali penggunaan inhalasi dapat membunuh atau menyebabkan gagal jantung.
Beberapa Zat Adiktif yang khusus tersedia atau digabung dengan resep obat :
• Amphetamine, contohnya speed, crystal meth, merupakan tergolong stimulant yang meningkatkan kewaspadaan dan konsentrasi, tujuannya untuk pengobatan, namun banyak oknum yang mensalahgunakan dalam dosis berlebih untuk pecandu.
• Sedative-hypnotic, atau obat-obat hipotik, contohnya Benzodiazepines Xanax, Valium, barbiturates, Seconol, phenobarbital. Benzodiazepines juga tergolong Depressants karena dapat menurunkan aktivitas otak. Ini merupakan resep obat untuk insomnia, gelisah, dan serangan gejala bipolar dan depresi. Bahkan sebagian keci dari obat tidur, digunakan untuk obat mati rasa, bisa menyebabkan koma, gejala pernapasan atau kematian.
• Opioids, contohnya: Heroin, morfin, oxycodone, kodein dan obat bius lainnya, nah bahan campuran obat ini untuk penghilang rasa sakit, dan berbahaya bila disalahgunakan, karena akan menyebabkan kecanduan dan rusaknya otak dan tubuh kita.
Berikut yang tergolong Zat Adiktif yang Ilegal :
• Cannabis, contohnya : Mariyuana, ganja. Pengaruhnya dapat membuat si pemakai relaks dan jika penggunaan lebih maka akan menimbulan perasaan bahagia rohani dan jasmani, dan halusinasi, pengunaan jangka panjang dapat membuat kecanduan dan merusak saraf.
• Cocain, contohnya : kokain, crack-cocain, membuat si pemakai merasa bahagia jasmani, rohani, meningkatkan kinerja tubuh, sebelum menuju gejolak depresi dan paranoia, penggunaan bisa dengan dihisap, dihirup, dibakar dan disuntik. Zat ini bisa menyebabkan kerusakan otak, tubuh dan kecanduan.
• Hallucinogens, contohnya, LSD, Ecstasy, zat ini bisa mengubah perasaan, perubahaan waktu, warna, suara dan pikiran mereka sendiri, dan pemakai tetap akan menyebabkan kerusakan pada otak, sistem saraf, dan prilaku emosi yang tidak terkontrol.
• Phencyclidine ( PCP), contohnya : Angel dust, ketamin , zat ini menyebabkan mati rasa, dan penggunaan hanya untuk hewan, pemakai zat ini bisa mengubah sifat seseorang menjadi keras, pemarah, bunuh diri dan kontraksi otot dan retak tulang.
Alkohol
Alkohol sering dipakai untuk menyebut etanol, yang juga disebut grain alcohol; dan kadang untuk minuman yang mengandung alkohol. Hal ini disebabkan karena memang etanol yang digunakan sebagai bahan dasar pada minuman tersebut, bukan metanol, atau grup alkohol lainnya. Begitu juga dengan alkohol yang digunakan dalam dunia famasi. Alkohol yang dimaksudkan adalah etanol. Sebenarnya alkohol dalam ilmu kimia memiliki pengertian yang lebih luas lagi.
Dalam kimia, alkohol (atau alkanol) adalah istilah yang umum untuk senyawa organik apa pun yang memiliki gugus hidroksil (-OH) yang terikat pada atom karbon, yang ia sendiri terikat pada atom hidrogen dan/atau atom karbon lain.
Gugus fungsional alkohol adalah gugus hidroksil yang terikat pada karbon hibridisasi sp3. Ada tiga jenis utama alkohol - 'primer', 'sekunder, dan 'tersier'. Nama-nama ini merujuk pada jumlah karbon yang terikat pada karbon C-OH. Etanol dan metanol (gambar di bawah) adalah alkohol primer. Alkohol sekunder yang paling sederhana adalah propan-2-ol, dan alkohol tersier sederhana adalah 2-metilpropan-2-ol.
Rumus kimia umum alkohol adalah CnH2n+1OH'
Pengawet
Alkohol juga dapat digunakan sebagai pengawaet untuk hewan koleksi (yang ukurannya kecil) alkohol
Alkohol dapat digunakan sebagai bahan bakar otomotif. Ethanol dan methanol dapat dibuat untuk membakar lebih bersih dibanding gasoline atau diesel. Alkohol dapat digunakan sebagai antifreeze pada radiator. Untuk menambah penampilan Mesin pembakaran dalam, methanol dapat disuntikan kedalam mesin Turbocharger dan Supercharger. Ini akan mendinginkan masuknya udara kedalam pipa masuk, menyediakan masuknya udara yang lebih padat.
Nama-nama untuk alkohol
Ada dua cara menamai alkohol: nama umum dan nama IUPAC.
Nama umum biasanya dibentuk dengan mengambil nama gugus alkil, lalu menambahkan kata "alkohol". Contohnya, "metil alkohol" atau "etil alkohol".
Nama IUPAC dibentuk dengan mengambil nama rantai alkananya, menghapus "a" terakhir, dan menambah "ol". Contohnya, "metanol" dan "etanol".
pH
Alkohol adalah asam lemah.
Metanol dan etanol
Dua alkohol paling sederhana adalah metanol dan etanol (nama umumnya metil alkohol dan etil alkohol) yang strukturnya sebagai berikut:
H H H
| | |
H-C-O-H H-C-C-O-H
| | |
H H H
metanol etanol
Alkohol umum
• isopropil alkohol (sec-propil alcohol, propan-2-ol, 2-propanol) H3C-CH(OH)-CH3, atau alkohol gosok
• etilena glikol (etana-1,2-diol) HO-CH2-CH2-OH, yang merupakan komponen utama dalam antifreeze
• gliserin (atau gliserol, propana-1,2,3-triol) HO-CH2-CH(OH)-CH2-OH yang terikat dalam minyak dan lemak alami, yaitu trigliserida (triasilgliserol)
• Fenol adalah alkohol yang gugus hidroksilnya terikat pada cincin benzena
Alkohol digunakan secara luas dalam industri dan sains sebagai pereaksi, pelarut, dan bahan bakar. Ada lagi alkohol yang digunakan secara bebas, yaitu yang dikenal di masyarakat sebagai spirtus. Awalnya alkohol digunakan secara bebas sebagai bahan bakar. Namun untuk mencegah penyalahgunaannya untuk makanan atau minuman, maka alkohol tersebut didenaturasi. denaturated alcohol disebut juga methylated spirit, karena itulah maka alkohol tersebut dikenal dengan nama spirtus.
Jenis Narkoba Berbahaya
Narkoba adalah singkatan dari Narkotika, Alkohol, dan Obat-obat berbahaya. Kadang disebut juga Napza(Narkotika, Psikotropika, dan Zat Aditif). Zat-zat tersebut dapat membuat berbagai efek samping seperti Halusinasi, ketagihan, dan efek psikologi lainnya. Cara penggunaan bisa melalui suntikan, dimakan, dihisap, atau dihirup. Contoh zat-zat berbahaya yang dikonsumi dengan cara dihisap adalah Opium yang menggunakan pipa hisapan.
Zat-zat berbahaya tersebut tergolong menjadi;
• Narkotika
• Psikotropika
• Zat-zat Adiktif
Narkotika
Narkotika berasal dari bahasa Inggris "narcotics" yang artinya obat bius. Narkotika adalah bahan yang berasal dari 3 jenis tanaman Papaper Somniferum (Candu), Erythroxyion coca (kokain), dan cannabis sativa (ganja) baik murni maupun bentuk campuran. Cara kerjanya mempengaruhi susunan syaraf yang dapat membuat kita tidak merasakan apa-apa, bahkan bila bagian tubuh kita disakiti sekalipun. Jenis-jenisnya adalah:
• Ganja atau Cannabis(kanabis) atau Marijuana/Marihuana/Mariyuana
• Heroin atau Putaw
• Morfin
• Kokain
• Opium atau Opioid atau Opiat atau Candu
• Codein atau Kodein
• Methadone (MTD)
• LSD atau Lysergic Acid atau Acid atau Trips atau Tabs
• PC
• mescalin
• barbiturat
• Demerol atau Petidin atau Pethidina
• Dektropropoksiven
• Hashish (Berbentuk tepung dan warnanya hitam. Ia dinikmati dengan cara diisap atau dimakan. Narkotika jenis yang kedua ini dikatakan agak tidak berbahaya hanya karena jarang membawa kematian)
Psikotropika
Psikotropika adalah bahan lain yang tidak mengandung narkotika, merupakan zat buatan atau hasil rekayasa yang dibuat dengan mengatur struktur kimia. Mempengaruhi atau mengubah keadaan mental dan tingkah laku pemakainya. Jenis-jenisnya adalah:
• Ekstasi atau Inex atau Metamphetamines
• Demerol
• Speed
• Angel Dust
• Shabu-shabu(Sabu/Syabu/ICE)
• Sedatif-Hipnotik(Benzodiazepin/BDZ), BK, Lexo, MG, Rohip, Dum
• Megadon
• Nipam
Zat Adiktif
Zat adiktif adalah zat-zat yang bisa membuat ketagihan jika dikonsumsi secara rutin.
• Alkohol
• Nikotin
• Kafein
• Zat Desainer
Kafeina
Kafeina
Nama Sistematis
1,3,7-trimetil- 1H-purina- 2,6(3H,7H)-dion
Nama lain 1,3,7-trimetilksantina, trimetilksantina,
teina, metilteobromina
Identifikasi
Nomor CAS
[58-08-2]
Nomor RTECS
EV6475000
SMILES
C[n]1cnc2N(C)C(=O)N(C)C(=O)c12
Sifat
Rumus molekul
C8H10N4O2
Massa molar
194,19 g•mol−1
Penampilan bubuk putih tidak berbau
Densitas
1,2 g•cm−3, padat
Titik leleh
227-228 °C (anhidrat) 234-235 °C (monohidrat)
Titik didih
178 °C (menyublim)
Kelarutan dalam air
22 mg•mL−1 (25 °C)
180 mg•mL−1 (80 °C)
670 mg•mL−1 (100 °C)
Keasaman (pKa) −0,13 – 1,22[1]
Momen dipol
3,64 D (terhitung)
Bahaya
MSDS
External MSDS
Bahaya utama Berakibat fatal apabila terhirup, tertelan
ataupun terserap melalui kulit.
NFPA 704
1
2
0
Titik nyala
N/A
LD50
192 mg/kg (tikus, oral)[2]
Kecuali dinyatakan sebaliknya, data di atas berlaku
pada temperatur dan tekanan standar (25°C, 100 kPa)
Sangkalan dan referensi
Kafeina
kafein ialah senyawa alkaloid xantina berbentuk kristal dan berasa pahit yang bekerja sebagai obat perangsang psikoaktif dan diuretik ringan[5]. Kafeina ditemukan oleh seorang kimiawan Jerman, Friedrich Ferdinand Runge, pada tahun 1819. Ia menciptakan istilah "kaffein" untuk merujuk pada senyawa kimia pada kopi.[6] Kafeina juga disebut guaranina ketika ditemukan pada guarana, mateina ketika ditemukan pada mate, dan teina ketika ditemukan pada teh. Semua istilah tersebut sama-sama merujuk pada senyawa kimia yang sama.
Kafeina dijumpai secara alami pada bahan pangan seperti biji kopi, daun teh, buah kola, guarana, dan maté. Pada tumbuhan, ia berperan sebagai pestisida alami yang melumpuhkan dan mematikan serangga-serangga tertentu yang memakan tanaman tersebut. Ia umumnya dikonsumsi oleh manusia dengan mengekstraksinya dari biji kopi dan daun teh.
Kafeina merupakan obat perangsang sistem pusat saraf pada manusia dan dapat mengusir rasa kantuk secara sementara. Minuman yang mengandung kafeina, seperti kopi, teh, dan minuman ringan, sangat digemari. Kafeina merupakan zat psikoaktif yang paling banyak dikonsumsi di dunia.
Sumber utama kafeina dunia adalah biji kopi. Kandungan kafeina pada kopi bervariasi, tergantung pada jenis biji kopi dan metode pembuatan yang digunakan[16]. Secara umum, satu sajian kopi mengandung sekitar 40 mg (30 mL espresso varietas arabica) kafeina, sampai dengan 100 mg kafeina untuk satu cangkir (120 mL) kopi. Umumnya, kopi dark-roast memiliki kadar kafeina yang lebih rendah karena proses pemanggangan akan mengurangi kandungan kafeina pada biji tersebut.[17][18] Kopi varietas arabica umumnya mengandung kadar kafeina yang lebih sedikit daripada kopi varietas robusta.[16] Kopi juga mengandung sejumlah kecil teofilina, namun tidak mengandung teobromina.
Teh merupakan sumber kafeina lainnya. Walaupun teh mengandung kadar kafeina yang lebih tinggi daripada kopi, umumnya teh disajikan dalam kadar sajian yang jauh lebih rendah. Kandungan kafeina juga bervariasi pada jenis-jenis daun teh yang berbeda. Teh mengandung sejumlah kecil teobromina dan kadar teofilina yang sedikit lebih tinggi daripada kopi. Warna air teh bukanlah indikator yang baik untuk menentukan kandungan kafeina.[19] Sebagai contoh, teh seperti teh hijau Jepang gyokuro yang berwarna lebih pucat mengandung jauh lebih banyak kafeina daripada teh lapsang souchong yang berwarna lebih gelap.
Kafeina juga terkandung dalam sejumlah minuman ringan seperti kola. Minuman ringan biasanya mengandung sekitar 10 sampai 50 miligram kafeina per sajian. Kafeina pada minuman jenis ini berasal dapat berasal dari bahan ramuan minuman itu sendiri ataunya dari bahan aditif yang didapatkan dari proses dekafeinasi. Guarana, bahan utama pembuatan minuman energi, mengandung sejumlah besar kafeina dengan jumlah teobromina dan teofilina yang kecil.[20]
Coklat yang didapatkan dari biji kakao mengandung sejumlah kecil kafeina. Efek rangsangan yang dihasilkan oleh coklat berasal dari efek kombinasi teobromina, teofilina, dan kafeina.[21] Coklat mengandung jumlah kafeina yang sangat sedikit untuk mengakibatkan rangsangan yang setara dengan kopi. 28 g sajian coklat susu batangan mengandung kadar kafeina yang setara dengan secangkir kopi yang didekafeinasi.
Akhir-akhir ini, berbagai pengusaha pabrik mulai menambahkan kafeina ke dalam produk-produk mandi mereka (sampo dan sabun), mengklaim bahwa kafeina dapat diserap melalui kulit.[22] Namun, efektivitas produk-produk seperti itu belumlah dibuktikan, karena kafeina tidak akan dengan mudah terserap melalui kulit.[23]
[sunting] Sejarah
Metabolisme dan ketoksikan
Kafeina mengikat reseptor adenosina di otak. Adenosina ialah nukleotida yang mengurangi aktivitas sel saraf saat tertambat pada sel tersebut. Seperti adenosina, molekul kafeina juga tertambat pada reseptor yang sama, tetapi akibatnya berbeda. Kafeina tidak akan memperlambat aktivitas sel saraf/otak, sebaliknya menghalangi adenosina untuk berfungsi. Dampaknya aktivitas otak meningkat dan mengakibatkan hormon epinefrin terlepas. Hormon tersebut akan menaikkan detak jantung, meninggikan tekanan darah, menambah penyaluran darah ke otot-otot, mengurangi penyaluran darah ke kulit dan organ dalam, dan mengeluarkan glukosa dari hati. Lebih jauh, kafeina juga menaikkan permukaan neurotransmitter dopamine di otak.
Kafeina dapat dikeluarkan dari otak dengan cepat, tidak seperti alkohol atau perangsang sistem saraf pusat yang lain sehingga tidak mengganggu fungsi mental tinggi dan tumpuan otak. Konsumsi kafeina secara berkelanjutan akan menyebabkan tubuh menjadi toleran terhadap kehadiran kafeina. Oleh sebab itu, jika produksi internal kafeina diberhentikan (dinamakan "pelepasan ketergantungan"), tubuh menjadi terlalu sensitif terhadap adenosina dan menyebabkan tekanan darah turun secara mendadak yang seterusnya mengakibatkan sakit kepala dan gejala-gejala lainnya. Kajian terbaru menyebutkan kafeina dapat mengurangi risiko penyakit Parkinson, tetapi hal itu masih memerlukan kajian mendalam.
Terlalu banyak kafeina dapat menyebabkan peracunan (intoksikasi) kafeina (yaitu mabuk akibat kafeina). Antara gejala penyakit ini ialah keresahan, kerisauan, insomnia, keriangan, muka merah, kerap kencing (diuresis), dan masalah gastrointestial. Gejala-gejala ini bisa terjadi walaupun hanya 250 mg kafeina yang diambil. Jika lebih dari 1g kafeina dikonsumsi dalam satu hari, gejala seperti kejang otot (muscle twitching), kekusutan pikiran dan perkataan, aritmia kardium (gangguan pada denyutan jantung)m dan gejolak psikomotor (psychomotor agitation) bisa terjadi. Intoksikasi kafeina juga bisa mengakibatkan kepanikan dan penyakit kerisauan.
Walaupun masih aman bagi manusia, kafeina, teofilina, dan teobromina (pada kakao) lebih meracun bagi sebagian hewan, seperti kucing dan anjing karena perbedaan dari segi metabolisme hati.
Sumber : http://wawasanfadhitya.blogspot.com/2012/02/zat-aditif-contoh-dan-pengaruhnya.html#ixzz2EsbSZcn6