Kehulu memotong pagar
Jangan terpotong batang durian
Cari guru tempat belajar
Jangan jadi sesal kemudian
Sejak
manusia dilahirkan sampai menjelang akhir hayatnya, hidup manusia tidak pernah terlepas
dari peran berguru dan menggurui orang lain. Mustahil jika dalam hidup kita
tidak pernah merasa berguru dan menggurui, bahkan secara tidak sadar, alam
semesta pun adalah guru yang telah mengajarkan kita akan warna warni kehidupan.
Sejak kecil, orang tua kita sudah menjadi guru pertama dalam hidup kita, dan
rumah sebagai sekolah pertama. Kemudian kita bersekolah dan menemukan guru
baru disana yang juga menjadi orang tua kita kedua.
Dalam
tulisan ini, penulis akan membahas tentang guru yang kedua, yaitu guru disekolah.
Berbicara masalah guru di sekolah, tidak pernah terlepas dari berbagai isu dan
permasalahan yang melanda guru di negeri ini, mulai dari tertundanya gaji guru yang
tidak dibayarkan rutin perbulan, gaji guru honorer, kesejehteraan guru, guru
yang tidak layak mengajar, guru yang gaptek, sampai guru “jadi-jadian”.
Saya
selaku seorang guru yang selalu teringat dengan kata-kata guru saya ketika
masih belajar di Pondok Pesantren, beliau berkata; “orang sukses dalam defenisi kita adalah
mereka yang mengajar sebait kata di sebuah surau dibelakang sebuah bukit,
meskipun kamu menjadi presiden sekalipun, jangan pernah lupa untuk menjadi guru
dan mengajarkan muridmu meski satu kata”, hati saya pun bergetar mendengar kalimat tersebut, betapa hebat
dan mulianya menjadi seorang guru, dan dari sinilah saya bercita-cita ingin
menjadi seorang pendidik yang sangat mulia ini. Dan bagi saya, menjadi seorang
guru tidak mesti harus menjadi PNS, mengajar di sekolah, dan punya kelas.
Tetapi ketika kita mau mengajarkan orang-orang yang membutuhkan ilmu dari kita,
maka kita sudah menjadi seorang guru.
Guru
memiliki andil yang sangat besar dalam membawa perubahan pada sebuah bangsa,
karena guru memang ujung tombak sebuah negeri, penggerak perubahan bangsa.
kemajuan dan kemunduran sebuah negara tidak pernah terlepas dari peran para guru
dalam pendidikan. Guru juga memiliki peran yang sangat besar dalam mewujudkan
keadilan pendidikan secara nasional. Berbicara tentang keadilan pendidikan
secara nasional, masalah yang selalu muncul adalah kebijakan yang dibuat oleh pemerintah, salah satunya adalah Ujian Nasional.
Pengambilan
kebijakan yang kadang terlihat sepihak dan tidak melibatkan guru sebagai patner
pemerintah dalam memutuskan sebuah keputusan. Sehingga terkesan guru didikte
oleh pemerintah dalam melaksanakan kebijakan tersebut. Semua terjadi karena
pemerintah tidak menjadikan guru sebagai mitra mereka dalam membuat sebuah
kebijakan. Seyogianya, bukan pemerintahlah yang mendikte dan mengintervensi
guru sampai guru seakan seperti boneka, tetapi gurulah yang harus mampu
mengintervensi kebijakan pemerintah dengan ide-ide cemerlang dan kreatifnya.
Kerena
yang selama ini mengetahui apa yang harus diberikan di lapangan kepada peserta
didik adalah guru, bukanlah pemerintah yang hanya sekedar membuat konsep ,
namun tidak mengetahui jelas apa yang terjadi dilapangan. Pemerintah
sebagai pengendali kebijakan pendidikan, seyogianya juga memberikan kesempatan
pada guru dalam mengekspresikan pendapat. Dengan begini, secara tak langsung
akan mendorong peningkatan kualitas pendidikan nasional.
Guru mesti ditempatkan sebagai
mitra, bukan sebagai ancaman. Sebaik apapun konsep pendidikan, kalau tidak
melibatkan guru, maka konsep itu tidak akan berhasil. Guru adalah ujung tombak
keberhasilan pendidikan kita. Karenanya, sebelum pemerintah mengeluarkan
kebijakan yang terkait dengan pendidikan, semestinya guru dilibatkan. Hal
terpenting di sini adalah komitmen pemerintah menempatkan guru sebagai profesi
dalam arti sesunggunya, sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Guru dan
Dosen (UUGD). (sumber: http://www.zamzamizainuddin.com/2012/04/ham-hantui-guru.html)
Dalam
kasus ujian Nasional misalnya, kita melihat dan mengetahui bersama tentang tugas
seorang guru yang kadang berubah fungsi dari seorang pendidik menjadi tenaga
administrasi yang hanya melatih murid mampu menjawab soal-soal Ujian Nasional.
Bukan lagi mendidik siswanya, tetapi berubah fungsi menjadi pemberi informasi
saja.
Seyogiannya,
guru yang sebagai pendidik dan aktivis gerakan harus mampu memberikan kritikan
yang membangun terhadap kebijakan-kebijakan pemerintah yang tidak sesuai dengan
dunia pendidikan kita sekarang. Sebagai orang yang langsung terlibat di
lapangan, harus mampu memberikan konsep yang professional kepada pemerintah dalam
membuat sebuah kebijakan.
Guru
harus mampu membuat sebuah "perlawanan" yang bertujuan kearah terwujudnya
pendidikan yang berkualitas dan demokrasi, pendidikan yang bisa dinikmati oleh
semua kalangan masyarakat tanpa memandang kasta, serta mewujudkan pendidikan
yang adil tanpa diskriminatif. Guru jangan hanya sekedar “kami mendengar dan
kami melaksanakan” (sami’na wa ‘atha’na)
dari setiap kebijakan yang kadang bertentangan dengan hati nuraninya.
Selaku
guru, mari kita galakkan sebuah "perlawanan" untuk membangun pendidikan negeri
ini. Tentunya perlawanan disini adalah perlawanan yang positif. Yaitu melawan dari
kegaptekan kita dalam dunia teknologi, kagagapan kita dalam dunia menulis. Jika
kedua hal ini bisa di kuasai oleh para guru. Pasti, akan banyak melahirkan
sejuta tulisan guru yang akan membangun pendidikan, tulisan luar biasa yang
akan meluluhkan hati para pembuat kebijakan. Sehingga tidak perlu ada lagi
perlawanan guru dengan berdemonstrasi. Karena seratus tulisan guru dengan ide
yang brilian akan lebih hebat dari seribu guru berdomonstrasi di lapangan.
Itulah kekuatan sebuah tulisan.
Mari
kita ganti senjata mulut kita dengan pena, senjata paling ampuh adalah qalam,
guru harus mampu melakukan perlawanan perubahan dengan senjata ini. Mari kita
menulis dan menjadikan internet sebagai alat untuk mecerahkan dunia pendidikan.
Guru harus mampu menguasai internet, sehingga akan mampu melahirkan banyaknya
tulisan tentang pendidikan di dunia maya. Penulis
sebagai seorang guru, membuat blog dan menulis tulisan
pendidikan karena terinspirasi dari sebuah
blog pendidikan seorang guru kreatif,
beliau adalah Wijaya Kusumah, S.Pd, M.Pd (http://www.wijayalabs.com). Beliau juga aktif menulis di Kompasiana (http://kompasiana.com/wijayalabs) dan telah menerbitkan sejumlah buku tentang
pendidikan, salah satu bukunya adalah: “Menjadi Guru Tangguh Berhati Cahaya”.
Buku yang mengajarkan bahwa guru yang berkualitas, akan melahirkan peserta didik
yang berkualitas pula. Guru yang harus menanamkan nilai kejujuran kepada siswanya sebagai pangkal
dari pendidikan karakter. Jika kejujuran sudah ditanamkan oleh para guru kepada
muridnya di sekolah, maka guru telah
mengajarkan generasi bangsa bersikap jujur dan takut menjadi koruptor. Jika
pendidikan jujur telah menjadi budaya di sekolah, maka akan mengurangi jumlah
koruptor di negeri ini. Buku yang juga menjelaskan
bahwa guru yang harus mampu memperkaya diri dengan banyak membaca buku,
mengikat ilmunnya dengan cara menuliskannya, hal ini mengingatkan saya akan perkataan
Imam Syafi’e yang sangat terkenal.
“Ilmu
bagaikan binatang liar dan menulis adalah tali pengikatnya.
Ikatlah
hewan buruanmu dengan tali yang kuat
Adalah
bodoh sekali jika anda memburu seekor kijang
Kemudian
anda lepaskan begitu saja tanpa tali pengikat.”(Imam Syafi’e)
Ungkapan
Imam Syafi’e
yang bermakna jika ilmu yang kita miliki tidak dijaga dalam bentuk
tulisan,
maka akan mudah lari meninggalkan kita, ibarat binatang liar yang lari
tanpa diikat.
Selaku guru yang selalu bergelut dalam dunia ilmu dan selalu bergaul
dengan
yang namanya ilmu, akan sangat sia-sia jika banyaknya ilmu yang dimiliki
guru
tidak diikat dalam bentuk tulisan. Seandainya saja seluruh guru
Indonesia “mengikat”
ilmu dan pemikiran mereka dalam bentuk tulisan, tentu saja negeri ini
akan
memiliki ilmu yang berlimpah ruah dan akan menjadikan Indonesia emas dan
"andalusia" baru sebagai sentral ilmu pengetahuan dunia.
Sebagai
harapan, blog Wijaya Kusumah, harus menjadi pelopor dan penyemangat bagi
seluruh guru di tanah air ini untuk bangkit berjuang melalui pena, mencurahkan
seluruh ide dan pemikiran mereka terhadap dunia pendidikan di Indonesia.
Penulis yakin blog tersebut akan mampu mengisnspirasi para guru di seluruh Indonesia
untuk meniru beliau dalam mencerahkan dunia pendidikan dengan tulisan-tulisannya.
Bayangkan saja jika para guru di seluruh negeri ini memiliki blog guru, maka
akan mampu kita galakkan sejuta blog pendidikan di Indonesia.
Kita
hilangkan pernyataan tentang guru yang melek internet. Kita jadikan internet
sebagai alat untuk mengampanyekan pendidikan dengan segudang pemikiran yang
kita tuangkan dalam tulisan. Berbagai ide kreatif dan informasi pendidikan yang
selama ini tidak di ketahui oleh khalayak ramai akan terekspos di dunia maya.
Masih
sangat banyak sekolah-sekolah di pelosok negeri ini yang sangat tidak layak
dikatakan sekolah karena bangunannya yang mirip dengan kandang kambing bahkan
hampir roboh. Dunia pendidikan yang dimana para muridnya harus melintasi arus
sungai yang kuat, mendaki gunung yang tinggi dan menempuh jarak puluhan
kilometer, semua peristiwa ini harus ditulis dan di publikasikan di dunia maya agar semua kita tau
dan membuka mata pemerintah bahwa masih banyak fasilitas pendidikan yang harus
diperhatikan di negeri ini. Dari sinilah peran para guru sangatlah penting
dalam memperjuangkan keadilan pendidikan secara nasional di negeri ini. Sehingga
guru akan menjadi pembela keadilan bagi dunia pendidikan.
Oleh
karena itu, semua guru dari kota metropolitan sampai ke pelosok belantara hutan
harus menguasai internet, agar masyarakat dan para penguasa mengetahui bagaimana
perkembangan pendidikan di seluruh penjuru negeri ini. Para guru memiliki peran
yang sangat signifikan dalam mewujudkan keadilan pendidikan secara
nasional, dan bangkitnya para guru untuk mengkampenyekan gerakan guru
menulis dan melek intenet.
Semoga
dengan terlahirnya para guru yang tangguh dan berhati cahaya, serta guru yang
cerdas dalam berdakwah dengan kalam (pena), tentunya akan lahir generasi
Indonesia yang cerdas pikiran dan cerdas nuraninya, juga akan mampu membuka
mata pemerintah terhadap dunia pendidikan yang masih buram.